Rada ngeri…. kata pertama yang keluar ketika ditanyakan pendapatnya tentang Viking, (nu ditato sa awak –awak oge ngomongna kieu, komo redaksi nu ngan modal janggot wungkul-Red). “Alasanna mah, kekompakan maranehna mah edan. Tapi ku loba tea, jadi sok rada menjurus brutal”, tutur pria yang akrab dipanggil Kent-Kent ini.
Memang kebanyakan bobotoh yang bergabung dengan Viking memiliki rasa kebersamaan dan persaudaraan yang tinggi karena mereka memiliki rasa fanatisme yang sama terhadap sang idola, Persib Bandung. Munculnya brutalisme pun tak bisa dihindari apabila Persib bertanding, komo mun eleh. Karena tak bisa dipungkiri pula bahwa semakin banyak anggota yang bergabung, semakin sulit untuk menkoordinir mereka di lapangan. “Biasa ari ngurus rakyat loba mah, aya wae sajadah jeung haram jadahna”, heureuy pria kelahiran asli Bandung, 8 September 1972 ini.
Pria yang hobi numpak motor besar ini juga mencoba menganalisa kenapa Persib bisa sangat mendarah daging di kehidupan anak muda Bandung, termasuk pada pria yang ber-ngaran asli Yusepthia S. ini. “Persib teh sudah jadi “jantung-na” Bandung. Kebanyakan memiliki rasa fanatisme kedaerahan terhadap Persib. Persib bagi saya pribadi sudah menjadi “figur” tersendiri di kehidupan. Sudah jadi gengsi!”, urai suami dari Dyan Fitri dan ayah Cendy ini bersemangat.
Perseteruan Viking dan De’ Jek pun tak luput dari perhatian pria yang mengidolakan Boy Jati dan Adrian Colombo ini. “Solusina meureun kudu aya moderator khusus nu netral. Jeung kedua belah pihak aya kadaek saling mengalah. Meureun ku kitu mah, Viking bisa lebih mendapat tempat di masyarakat luas. Masyarakat bisa malik mikir, Viking nun gede oge bisa boga rasa low profile”, katanya.
Profesinya sebagai seniman tattoo pun tak lepas dari kehidupan para pemain bola, khususnya Persib. Colombo dan Lizama adalah pemain yang mempercayai Kent-Kent untuk menghiasi tubuh mereka. “Pemain nu ditattoo adalah sebuah ikon. Mereka mencari simpatik dari para bobotoh. Biasanya bobotoh mencari sesuatu yang aneh dari pemain. Dan itu tidak bisa disalahkan”, ujar penikmat peuteuy, jengkol, lauk asin, tahu, tempe jeung bajigur ini (siga rumah makan Sunda Kang-Red).
“Tattoo adalah seni, tanpa perlu berbicara bisa mengumumkan. Tattoo adalah bahasa non verbal”, jelas pria yang mempunyai banyak pelanggan artis ini, sebut saja Nafa Urbach dan Jhody. Belasan tahun menggeluti dunia tattoo, tak jarang ia menerima “pasien” yang menginginkan lambang Viking atau Persib dirajah ke tubuh mereka. “Saya the sok sieun, kudu menta ijin ka saha? Sok kasieunan bisi jelemana teu bisa mawa gambar eta. Mun dibawa ngalakukeun kriminal, kan riweuh”, ujarnya sambil menghisap dalam-dalam rokoknya.
“Sok mun pemain Persib jeung anggota Viking aya nu hayang ditattoo, diberlakukeun diskon khusus. Pemaen klub laen oge loba nu ditattoo di dieu, tapi khusus Persib mah harga bobotoh”, tutup pria yang mengaku hayang asup Viking ini mengakhiri perbincangan sore itu, di studio 1 Kent Tattoo dan Piercing Jl. Wangsareja Gg. Ardisasmita No. 20 Lengkong Kecil Bandung.
0 Response to "Angkat topi untuk Viking…"
Post a Comment