Latest Reviews

3 in 1 - Mei 2005 - Tattoo Sudah Ada Sejak Zaman Firaun

Tattoo – Sudah Ada Sejak Zaman Fir’aun


Seni melukis tubuh ternyata sudah menghiasi badan manusia sejak tahun 1300 sebelum masehi (SM). Tattoo ini dipakai sebagai penanda tingkatan kelas pada masyarakat zaman purba. Mentawai misalnya, suku yang terletak di Sumatra ini telah mengenal Tattoo sebagai penanda strata kelas. Seperti yang dikatakan Kent (33).


“Awalnya ada sejak 1500 SM. Tapi setelah ditelusuri lagi, zaman Raja Ramses 2 pun atau 1300 SM tattoo sudah melekat di tubuhnya”, kata pria berkacamata ini. “Kalau zaman dulu, tattoo sebagai tanda dari tingkatan kelas pada satu masyarakat tertentu dan tattoo itu memiliki artinya masing-masing”, tambahnya.


Namun usut punya usut, perkembangan tattoo sendiri terjadi di dataran Eropa. “Jerman, Belanda, Inggris lah yang pada akhirnya mengembangkan seni tattoo”, papar pria berambut sebahu ini.


Di awal tahun 90’an, tattoo ini pun perlahan masuk dan berkembang di Indonesia. “Kalau di Indonesia sendiri tattoo berkembang tahun 90’an. Karena sebelum-sebelumnya, Indonesia masih sangat tertutup pada teknologi”, ujarnya. Pria yang mempunyai tiga piercing di bibirnya ini menambahkan kalau, sebelum tahun 1990 seni tattoo memang sudah ada tapi unsur sterilisasinya belum dipergunakan. Namun wabah Internet yang sangat marak saat itu maka para seniman tattoo mulai terbuka matanya tentang seni melukis tubuh.


DARI HOBI JADI BISNIS


Body painting atau awam dikenal dengan nama tattoo, kini semakin marak digemari masyarakat Indonesia. Studio-studio tattoo, kini semakin marak digemari masyarakat Indonesia. Studio-studio tattoo pun mulai berjamuran di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dll, salah satunya adalah Kent Tattoo and Piercing Indonesia yang terletak di Jl. Wangsareja Gang Ardisasmita No. 20 Bandung. Yusepthia Soewardy (33) contohnya, pemilik dari studio Kent Tattoo and piercing ini, sudah mengawali bisnis tattoo sejak tahun 90.


“Saya mulai menggambar tubuh oarng-orang dari awal tahun 90’an. Awalnya sih hanya sebatas hobi saja” kata pria yang akrab di sapa Kent-Kent ini. Dia pun mengaku kalau awalnya dia hanya corat-coret di kertas saja, maklum dia juga lulusan Desain Grafis salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Kembang.


Pria yang sempat bekerja sebagai Grafis salah satu harian lokal jawa barat ini menjelaskan, kalau menggambar pada kertas dan tubuh sangatlah berbeda. “Berbeda sekali antara menggambar di kertas dan menggambar di tubuh orang. Melukis tubuh orang dibutuhkan mentalitas yang sangat kuat, contohnya saja bila sedang mentattoo seorang pejabat dan orang biasa akan terasa berbeda. “Takut salah lah, takut jelek lah dan lainnya”, kata ayah satu anak ini.


Pria kelahiran September 1972 inipun selalu connect keluar negri sebagai pembanding, dan walaupun kini dia diakui sebagai maestro tattoo Bandung, pria berkaca mata ini masih terus belajar mengenai seni melukis tubuh ini. “Saya masih sering browsing dan chating. Saya ingin membandingkan kualitas tattoo Indonesia dengan luar negri. Ya sekalian belajarlah”, ujarnya.


Tapi menurutnya kalau kualitas tattoo anak negri dan negara-negara asing sudah seimbang. “Tattoo dari Indonesia sudah dapat bersaing dengan tattoo dari luar negri karena, sudah didasari juga dengan teknologi seperti internet dan grafis”, paparnya.


Klien Kent-kent pun bukan sembarang orang. Dari mulai orang biasa sampai artis dan pejabat pun tak luput dari goresan tintanya. “Artis dan pejabat pun pernah saya tattoo”, katanya. Tarifnya, dihitung percentimeter itupun masih tergantung dari klasifikasi gambar.


Studio yang memiliki tiga cabang inipun, selalu menyarankan pada klien yang baru akan mulai ditattoo agar menggunakan tattoo jenis temporary dulu. “Selalu, disini menyarankan agar gunakanlah temporary dulu. Karena permanent sifatnya seumur hidup ini”, kata pria yang kerap diundang rapat oleh klub motor tua Bandung. Kent pun menambahkan, kalau yang berumur kurang dari delapan belas tahun tidak akan dilayani bila ingin dilukis tubuhnya.” Anak segitu jiwanya masih labil”, kata pria berambut sebahu ini.


Seniman tattoo yang pernah mendapat penghargaan dari majalah tattoo Taiwan ini, sangat menyayangkan sekali kalau orang yang bertattoo di konotasikan sebagai preman. ”Memang di Indonesia tidak jarang orang bertattoo disamakan dengan preman. Padahal tattoo tidak akan membantu apapun ketika berkelahi”, katanya. Dia pun mengaku sempat gerah melihat logo tattoo Mentawai dipakai diluar negeri.” Dulu saya pernah lihat tattoo berbentuk logo Mentawai dipakai di luar negeri. Sangat sayang sekali”, katanya menutup perbincangan.

0 Response to "3 in 1 - Mei 2005 - Tattoo Sudah Ada Sejak Zaman Firaun"

Post a Comment

wdcfawqafwef