Latest Reviews

TATO, tak LAGI LAMBANG KRIMINAL

TATO, tak LAGI LAMBANG KRIMINAL


Jika kita menengok tahun-tahun 1980-an, orang akan merasa takut, minimal curiga melihat orang bertato. Maklum, saat itu tato identik dengan preman dan penjahat, apalagi hal itu dikukuhkan dengan adanya kasus penembakan misterius (dulu disebut Petrus) kepada orang-orang yang diduga penjahat, yang kebanyakan bercirikan tato di tubuhnya.


Namun, seiring dengan waktu dan bergulirnya keterbukaan dan modernisasi, tato tidak selalu merupakan sesuatu yang menakutkan dan dianggap sebagai lambang kriminalitas. Kendati sejumlah penjahat masih menggunakan tato untuk mengukuhkan “profesinya”, namun tato tampak lebih memasyarakat. Banyak orang, termasuk para perempuan dan selebriti mengenakan tato di bagian tubuhnya, bahkan di tempat-tempat khusus kewanitaannya. Rupanya tato kini berkembang menjadi sebuah bentuk seni yang sifatnya pun tidak selalu permanen karena ada juga tato yang tidak permanen, yang bisa dihapus pada waktu tertentu.


Bila kita wisata ke Pantai Pangandaran, Ciamis, tentunya dapat secara mudah menyaksikan pemandangan para wiraswastawan “ahli tato” yang menjajakan “dagangan” nya di pinggir-pinggir jalan.


Di atas trotoar atau di bawah tenda di sepanjang jalan dekat pantai bagian barat atau timur Pantai Pangandaran, kerapkali terlihat “ahli tato”.


“Kalau yang ditatonya bagian dekat pusar, biasanya banyak yang nonton, Pak. Ramai orang disini. Ya, maklum namanya orang. Kan yang ditato bagian ‘aneh’-nya itu umumnya perempuan ABG. Jadinya, menarik orang untuk melihat,” tutur Dasep (32), penato di Pantai Pangandaran.


Selain itu, tato pun ada yang bisa digunakan untuk keperluan kosmetik, misalnya tato alis dan bibir yang biasanya dilakukan di salon-salon.


Salah seorang selebriti yang memiliki tato adalah model dan presenter Karenina. Ia punya tiga tato yang terdapat di punggung, lengan, dan pinggul. Simbol tato inilah yang membuat dirinya terkenal. Namun, akibat torehan jarum dan tinta di tubuh itulah ia pernah gagal mengikuti sebuah event peragaan busana pengantin internasional.


Gara-gara tato menghiasi tubuhnya, ia pun terpaksa kehilangan job. “Desainernya nggak mau menerima model bertato,” kenangnya. Padahal waktu itu Nina sudah lulus audisi.


Tato memang tak selamanya mendatangkan kesenangan bagi pemiliknya. Namun juga menimbulkan protes banyak pihak, termasuk juga yang dialami Jody. Karena tato di sekitar tangan dan tubuh, Jody Super Bejo diprotes istri dan ketiga anaknya.


Berbeda dengan Paramitha Rusady yang justru menambah keyakinannya tampil di panggung dengan tato. Ia belakangan terlihat lebih percaya diri dengan tato buatan ( temporary, tidak permanen ). “Orang pakai tato tidak selalu jahat. Orang yang ngerti seni pasti tidak berpikiran demikian karena dengan tato orang bisa saja mengungkapkan isi hatinya. Mungkin dengan gambar hati yang dipanah. Contoh kongkret lagi, suku Dayak- pakai tato karena adatnya,” imbuhnya membela.


Bagi Made Hugesia Dewi ( Dewi Huges ), tato menjadi kesukaan. Tak heran bila ia belajar sendiri membuat tato. Kali ini tertoreh di telapak tangan kirinya. “Saya sempat mencap punggung tangan kiri dengan tato dengan motif etnik Kalimantan. Bahan yang dipakai tinta alami, seperti daun hena atau pacar merah. Karena bukan tato permanen, jadi sekarang sudah hilang. Saya ingin menjadikan tato sebagai trade-mark saya,” ujarnya. Sebagai bukti ucapannya itu, Hugghes menghiasi punggungnya dengan tato permanen gambar daun kecil mirip keris. “Saya menyebutnya symbol of harmony. Memang sih, ini sempat menjadi masalah ketika masuk Islam,” Ia pernah konsultasi ihwal tatonya ini pada seorang ustaz. Hasilnya, bahwa tato permanen memang dilarang agama. Hugghes dinasihati agar jangan memperlihatkan tato itu kepada umum.


Dikalangan masyarakat biasa tato juga sangat digemari. “Abdi mah ditato karena ingin bergaya nyentrik,” tutur Alex (19), seorang remaja yang ditemui Hikmah saat menjelang Natal yang lalu.


Tatkala ditanyakan apakah tidak khawatir dengan ditato akan dianggap sebagai bekas atau mantan narapidana. Alex mengatakan, kalau pada zaman “petrus” yang ditandai banyaknya orang bertato ditembak mati, itu layak merasa khawatir. Akan tetapi, sekarang ini sudah bukan zaman “petrus” lagi sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.


Kenken, seorang seniman tato di Bandung, mengatakan, proses pembuatan tato temporer terbilang tidak terlalu rumit, tidak butuh waktu lama dan tidak sakit. Caranya, dengan menempel kertas model ke kulit. Kemudian pada pola yang terlukis di permukaan kulit diberi tinta. Setelah kering, tato sudah jadi. “Karena sifatnya yang temporer, tato ini hanya bertahan selama dua minggu,” terang Kenken, yang selalu sibuk melayani permintaan tato pengunjung studionya. Tak kurang dari 5.000 tato telah dicetaknya sejak terjun secara total tahun 1995 lalu.


Baginya sebuah proses yang panjang untuk menjadikan tato sebagai mata pencaharian. Ketika mulai menato (1989), terjadi perang batin yang akhirnya semakin menguatkan dirinya untuk menekuni lebih serius. “Apalagi kalau sudah membahas masalah agama, persoalannya menjadi lebih sensitif dan lebih berat lagi,” imbuhnya.


Saat ini menjadi pengrajin seni tato bisa mudah. Bagi seorang amatiran hanya dengan modal Rp.500.000,00 saja bisa memiliki peralatan “studio” tato lengkap. Uang sebesar itu cukup untuk membeli tinta tato, koleksi majalah luar negeri dengan aneka model tato dan biaya merakit alat tato buatan sendiri.


“Dulu alat yang saya gunakan masih lokal atau buatan sendiri. Merakit dari jarum dan dinamo seadanya, tintanya juga masih sederhana, tapi sejak menekuni dunia tato secara total akhirnya menemukan berbagai peralatan profesional dan cara yang sangat canggih dan aman.”


Dengan alat yang sekarang—semuanya impor—selain kerja jadi lebih enak, hasilnya juga relatif memuaskan. “Membuat tato jelas butuh kepiawaian. Kalau tidak, konsumen kesakitan. Apalagi, kalau kulit yang akan ditato dekat dengan saraf, harus hati-hati supaya tidak membahayakan,” imbuh Kenken.


Masih menurut dia, tato bukan sekadar seni dan profesi. “Kami selalu berpatokan pada 60% medis (kesehatan) dan 40% nya seni,” tegasnya. Tak heran bila setiap kali membuat tato, jarum selalu baru dan semua peralatan harus disterilkan dengan alat kedokteran khusus pensteril. Tak beda dengan jarum suntik yang sering dipergunakan para dokter. “Tangan saya pun harus selalu memakai kaus tangan pula. Dalam penggunaan tinta juga, setiap orang hanya sekali pakai. Bila ada sisa harus dibuang, untuk menjamin kesehatan konsumen,” ungkapnya.


“Customer tato beragam. Warna kulit yang gelap harus ekstrakeras konsentrasi. Ibarat melukis di kanvas berwarna gelap, tak mudah digambari. Dalam menato tidak ada batasan. Terutama menato tubuh wanita di bagian paling sensitif. Ini membutuhkan konsentrasi. Membuat tato toh harus sekali jadi. Kalau ada kesalahan, tak mungkin bisa dihapus. Padahal, tak sedikit juga wanita yang meminta ditato di bagian yang sensitif itu,” ungkap Kenken. Letak tato paling disuka adalah di bahu, dada, tangan dan kaki. Lukisan digambar dulu, baru kemudian digambar dengan jarum tato. Motifnya beragam. Ada tribal, fine-line, realis, oriental, celtics, custom, dan repair.


Mereka yang diperbolehkan bertato permanen hanya yang berusia lebih 18 tahun. Di bawah itu, dilarang. Jadi, orang tua yang bersangkutan tidak bisa menggugat pembuatnya karena ia sudah dianggap bisa memutuskan sendiri untuk mentato tubuhnya. “Malah kami mengharuskannya membuat perjanjian dengan penato,” tambah Kenken. “Kita juga tak bisa melarang siapapun untuk ditato karena memang hak azasinya.”


Sebelum mengerjakan tato, Kenken selalu mengingatkan tato permanen tidak bisa dihapus sepanjang hidup. “Kalaupun ingin dihilangkan, biayanya amat mahal dan kita sebagai pengrajin seni tato tak mengharapkan gambarnya dihapus.”


Ada banyak cara untuk menghilangkan tato permanen. “Dengan larutan basa yang kuat, tapi kulit bisa terbakar. Ada juga yang merusak kulit dengan membakarnya (dengan setrika),” kata Kenken. Jadi, prinsip penghilangan dengan cara ini adalah menghancurkan lapisan atas kulit dan tinta tatonya sekaligus. Cara ini jelas beresiko.


Secara modern menghilangkan tato bisa dilakukan dengan bedah listrik atau laser. Kenken sendiri selain menerima juga menghapus/menghilangkan dengan metodenya sendiri. Cara yang digunakannya dengan menutup permukaan tinta warnanya dengan tinta yang serupa dengan warna kulit, metode ini lebih mirip dengan menato ulang tanpa menghilangkan tinta yang sudah tertahan dalam kulit.


Di sebagian masyarakat di negara tertentu, tradisi tato dilakukan melalui upacara atau prosesi tertentu yang berhubungan dengan siklus hidup seseorang. Adapun yang pertama kali ditato bisa dianggap telah mencapai kedewasaan, baik secara biologis maupun psikologis. Orang tersebut baru dinyatakan boleh mengikuti kegiatan-kegiatan yang tadinya hanya dilakukan oleh orang dewasa seperti memilih jodoh, dll. Tato dapat pula menggambarkan hubungan kekerabatan yang dimiliki seseorang sehingga berfungsi menunjukan kedudukan seseorang, seperti pada masyarakat suku Mentawai, yang mendapat tato atau rajah pada upacara inisiasi.


Tradisi tato, kita saksikan di kalangan masyarakat Dayak Iban dan Kayan di Kalimantan Barat serta Kalimantan Timur. Yang beda, di masyarakat tersebut dikenal sebagai “pantang”, bukannya tato. Laki-laki Iban biasanya menato seluruh tubuhnya, terutama kedua belah tangannya apabila dirinya telah berhasil membunuh musuhnya.


Kaum perempuan suku tersebut pada umumnya menato bagian sekitar leher dan tangannya untuk menandakan ia telah dewasa dan berasal dari golongan terkemuka, sedangkan laki-laki suku Dayak bila sudah berhasil menghalau musuh biasanya menato bagian tubuh tertentu, seperti ibu jari. Kaum perempuannya, biasanya menato ujung tangan, kaki, dan paha. Bagaimanakah pandangan agama Islam terhadap tato?


Direktur Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar Dr. K.H.Miftah Faridl mengatakan, tato merupakan perilaku yang salah dan tidak layak dilakukan oleh remaja, anak muda, maupun orang tua yang beragama Islam.


“Menato atau merajah diri, itu termasuk perbuatan menganiaya diri sendiri. Itu bukan berhias, itu termasuk perbuatan menganiaya diri sendiri. Itu bukan berhias, tapi merusak kulit tubuh sendiri dan hukumnya tidak sah kalau orang yang bertato menegakkan shalat. Kenapa? Karena air wudu sulit menembus bagian kulit yang bertato. Jadi, sebagai Muslim, lebih baik tidak bertato,” kata K.H.Miftah Faridl.


Tato yang dilakukan di bagian tubuh yang bukan termasuk kewajiban dibasuh tatkala wudu seperti di dada dan bagian dalam tubuh lainnya, K.H.Miftah Faridl mengatakan, walaupun di bagian dalam tubuh atau bukan pancaindra seperti tangan dan kaki, tetap saja akan menghalangi kesucian ketika orang bertato itu melakukan mandi wajib atau mandi junub seusai berhubungan suami istri. Akibatnya, shalatnya juga tidak sah. Bagaimana kalau orang yang bertato sudah insaf dan ber-taubat nasuha, tetapi dirinya tetap ingin menjadi Muslim dan menegakkan shalat?


“Kalau sudah bersungguh-sungguh tobat kepada Allah SWT, tentunya ini masuk dalam klasifikasi darurat. Artinya, ya, berdoalah mudah-mudahan Allah SWT menerima amal ibadah shalat dan mandi junub. Kan dalam Islam ada pintu darurat, yang artinya hal-hal yang semula haram bisa menjadi halal karena faktor kedaruratan. Oleh karena itu, lebih baik tidak memakai tato daripada nantinya mempersulit diri sendiri dalam beribadah ke hadirat Allah SWT,” ujar K.H.Miftah Faridl naqli.


Menurut salah seorang mantan pembina remaja di Masjid Salman ITB, Ir.Diah, orang tua atau pihak keluarga perlu melakukan pendekatan secara hati-hati. Alasannya, remaja itu tidak bisa dilarang dengan cara-cara kasar, apalagi yang berkaitan dengan sesuatu yang sedang “dinikmati” seperti mode bertato. Aji/EYP/”PR”/Jalu


APA Kata Mereka


Denada, Bintang Sinetron, Bintang Iklan, dan Presenter, dihubungi Jum’at (20/12)


Menggunakan tato di badan sih menurut saya enggak apa-apa, pokoknya sah-sah saja. Akan tetapi, saya sih enggak pernah tuh menggunakan tato yang permanen sehingga kelihatan lebih gaya. Biasanya temporer aja, yang tempelan. Itu bisa bertahan menurut kehendak, bisa tiga hari pake, sesaat juga bisa. Motifnya macam-macam, ada yang berbentuk aksesori ada juga yang melambangkan burung, pokoknya aneka binatang.


Memang sih, kalau tempelan bisa terkesan lebih praktis cara menggunakannya. Kalau mau pakai ya pasang. Sekarang misalnya, saya lagi tidak pasang. Tato permanen memang sulit hilangnya, mungkin harus pergi ke ahlinya untuk melepas atau menghilangkannya, namanya juga permanhen. Akan tetapi, saya juga tidak terlalu paham sih. Tato itu biasanya dipakai musiman kok, jadi bisa juga seperti mode. Tetapi kalau menggunakan tato yang permanen, enggak bisa mengikuti tren karena kalau sudah dipasang sulit membukanya. Saya sendiri tidak pernah kepikiran untuk menggunakan tato yang permanen, memang kalau tidak salah saat menggunakannya kita harus pergi ke seseorang yang bisa memakaikan dan menggunakan alat tertentu seperti suntik. Nah, untuk urusan suntik ini saya mau buka kartu. Sejak kecil saya tidak mau disuntik, pokoknya kalau ada obat yang harus lewat infus, tidak bisa deh. Hingga besar sekarang saya tetap saja tidak suka disuntik. Bisa saja mungkin karena untuk tato permanen harus menggunakan suntik, jadi saya tidak ingin. Pokoknya kalau saya menggunakan tato itu hanya tempelan. Saya senang saja melihat orang memakai tato permanen, itu kan masalah selera. Saya juga tidak berpikir kalau memakai tato permanen dan menggunakan jarum suntik yang bergantian akan menimbulkan risiko kena HIV atau hepatitis. Saya toh tidak menggunakannya, jadi enggak mau tau deh. Setelah memakai tato, saya tidak merasakan ada yang terlalu berbeda dengan penampilan saya, hanya mungkin terasa ada tambahan aksesori. Saya menganggapnya sebagai mode saja. Belakangan saya malah sering tidak memakai tato walaupun tempelan. Kalau disuruh yang permanen saya enggak mau deh soalnya takut disuntik, dibayar pun tidak mau. Berhubungan dengan suntik berarti mimpi buruk. Saya juga mempunyai teman-teman yang suka memakai tato, tetapi itu tak mempengaruhi kepribadian mereka kok, mereka hanya menganggapnya sebagai mode. Ratna Dj./”GM”


Sumber: Pikiran Rakyat “Airbrush”, Seni Berpotensi Bisnis Dalam sebuah pameran otomotif tampak beberapa kendaraan yang langsung meminta perhatian orang-orang di sekelilingnya. Bagaimana tidak? Disamping menggunakan warna-warna yang mencolok,kendaraan itu seakan menjadi kanvas bagi suatu karya lukis. Khalayak tidak hanya kagum pada penggambarnya , sebagian oarang yang sedikit mengerti seluk beluk seni lukis menyimpan kekaguman juga pada teknik yang digunakan dalam melukis bidang tersebut.


Teknisnya, menggambar di bidang seperti mobil,mempunyai kesulitan yang tinggi dalam menyajikan detail, dan dramatisasi jika dilakukan dengan menggukan kuas seperti umumnya orang melukis diatas kanvas. Dalam hal ini para pembuat itu menggunakan teknik Airbrush. Kent-kent, salah seorang pelukis Airbrush di kota Bandung menjelaskan secara sederhana, Airbrush adalah teknis melukis dengan suatu alat tertentu yang prosesnya adalah menyemprotakan pigmen warna ke suatu bidang hingga terbentuklah gambar.


Selanjutnya Kent-kent menjelaskan, komponen dasar yang ada dalam alat Airbrush adalah tabung tempat udara, tuas untuk tangan, canting cat dan jarum tempat cat keluar. Sedangkan teknik dengan menggunakan Airbrush mempunyai beberapa keunggulan misalnya detail yang yang ditampilkan menjadi lebih halus dengan berbagai efek dramatisasi yang hampir tak mungkin dilakukan dengan memakai teknik lain. Adrianus dan Fahturohman, pelukis airbrush lainnya menambahkan bahwa dengan cara ini mereka bisa menambahkan kesan-kesan khusus dalam karyanya, seperti kesan besi, kesan awan,air dan lainnya. Diakui oleh mereka bahwa dengan teknik ini, pekerjaan akan lebih mudah. Disamping itu, tekinik ini juga memiliki keunggulan dari segi bidang yang digambarnya dapat digambar di tembok-tembok, kaos, kertas, dan tentu saja di mobil atau motor.”Jadi bidang yang bisa dikerjakan melalui airbrush lebih luas.”ujar Bambang dan Soni. Nandang salah seorang penikmat Airbrush berkomentar , kendaraanya menjadi lebih baik setelah di beri sentuhan Airbrush. “Disamping penempilan mobil saya menjadi lebih gagah, saya mendapat kepuasan tersendiri karena ada unsur seni yang hadir,” ujar Nandang. Dari masa ke masa Mungkin tidak banyak yang menduga bahwa sebenarnya, teknik penggunaan Airbrush sudah ada sekitar 30 ribu tahun sebelum masehi. Saat itu, manusia masih tinggal di gua-gua ,dan menurut para ahli sejarah, karya seni yang mereka gambar di dinding –dinding gua adlah hasil dari menyemprotkan pigmen warna hingga terjadi gambar. Hal tersebut adalah struktur dasar dari Airbrush. Stephen D.Rubelmann seorang ilustrator kenamaan dari Amerika mengatakan bahwa penemuan Airbrush dalam dunia periklanan atau seni pada umumnya menjadi tidak ternilai. Sebagai salah satu contoh, menurutnya, bisa memperbaiki hasil-hasil fotografi dengan dengan sentuhan seperti gradasi halus dengan pengaturan warna yang yang tanpa menggunakan teknik adalah tidak mungkin. Selanjutnya Stephen mengatakan, Airbrush menewarkan suatu kesegaran dan membuat gambar menjadi menarik. Dengan sendirinya kehadirannya membuat tren dalam industri periklanan atau dekorasi Sebenarnya, secara kronologis, Airbrush lahir pada tahun 1980 sewaktu Dr. Alan De Villbissdari Ohio,AS, mengembangkan struktur alat yang mirip dengan sistem yang dipergunakan saat ini. Waktu itu, Dr.Allan menggunakannya untuk keperluan pengobatan. Setahun kemudian , sebuah perusahaan Amerika,O.C World mengembangkan prototipenya dan mendapatkan hak patent bagi produk ini. Di belahan negara lain yaitu di Inggris, Charles Burdic yang juga berasal dari Amerika , tahun 1893 mengembangkan stuktur produk yang sebenarnya sama saja dengan Airbrush. Kelebihan dari alat yang ia namakan Aerograph ini adalah pengguaan canting cat yang sekarang menjadi elemen penting dalam alat Airbrush.


Dalam perkembangannya ,menjadi semakin maju dan tercatat pada tahun 1987, perusahaan AS Badger Presently memproduksi alat tersebut dalam dalam skala yang sangat besar. Saat ini, pelukis muda kita juga tidak mau ketinggalan dalam mengantisipasi tren Airbrush ini . Mereka memandang, Airbrush menawarkan prospek yang cerah dari segi bisnis. Namun seharusnya , ada lagi cita- cita yang lebih mulia ketimbang hanya memikirkan aspek bisnis semata. Menjadikan dalam lingkungan asalanya yaitu memacu kreativitas yang lebih tinggi lagi bagi pelakunya. (Is)


Bagi Pemuda Kreatif Perkumpulan Motor Bisa Jadi Ajang Bisnis Untuk memulai suatu usaha baru di bidang perdagangan,diperlukan suatu pengamatan yang cermat untuk mengetahui peluang serta prospek dari usaha itu. Seperti yang dilakukan Kenken seorang anak muda yang bergabung dengan dua orang orang rekannya, memenfaatkan peluang bisnis dari maraknya para anggota Harley Davidson Club Indonesia ( HDCI) yang mendandani dirinya denagan aksesoris yang sejajar dengan sepeda motornya. Harley Davidson Club Indonesia ( HDCI) munculdi Bandung sekitar tahun 60-an dengan nama HCB (Harley Club Bandung ). Bebarapa tahun kemudian bermunculan perkumpulan sepeda motor dengan amat beragam jenisnya seperti Motor Antik Club atau Scooter Owner Group Indonesia.Para anggotanyapun tidak hanya mendandani sepeda motornya melainkan diri mereka dilengkapi dengan berbagai “kelengkapan” dan Aksesoris yang haris mereka sesuaiakan dengan kendaraannya,mulai dari jaket kulit, celana, sepatu, sabuk,dsb. Melihat tingginya peluang bisnis di bidang perlengkapan para biker dan cerahnya prospek usaha aksesoris bagi para anggota perkumpulan sepeda motor yang kini makin marak,Kenken(25) yang mengandalkan bekal dari ketrampilannya di desain, bersama dengan kedua temannya membuka usaha dibidang kerajinan yang lagi ngetren ini. Jenis usahanya mulai dari barang yang serba kulit lengkap dengan bordirnya seperti jaket, celana, rompi britle’s (kain atau kulit yang berfungsi mengikat celana ke bahu), chep(kulit penutup bagian depan celana), dompet, bandana, sabuk dll. Rumah produksi perkulitan ini berlokasi di Jl. Sekeloa dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak lima orang, terdiri dari dua orang ahli dan tiga orang pekerja. Sedangkan khusus untuk pembuatan sepatu kulit, mengambil lokasi di Jl. Jurang, semuanya dikota Bandung. Harga barang-barang ini bervariasi, mulai dari sepuluh ribuan seperti box untuk tempat pemantik api Zippo dari kulit lokal dengan ukiran sampai chep dan jaket kulit yang berharga Rp 250 sampai Rp 550 ribu. Menurut Kenken yang seorang karyawan perusahaan swasta bonafid di Bandung ini, ia memperoleh bahan baku untuk semua produksi kulit itu dari dalam dan luar negeri. “Hal ini untuk memenuhi keinginan pangsa pasar, disesuaikan dengan kemampuan kocek mereka,”ujarnya sambil tertawa. Adapun untuk membuat aksesoris lain dari bahan logam atau stainless seperti bucle (kepala ikat pinggang), rantai dompet, kalung, cincin maupun mata itik (aksesesoris dari logam maupun stainless) untuk ikat pinggang,,dompet, sepatu, jaket.rompi,dsb) di kerjakan di Metro komplek Margahayu Raya Bandung. Guna memenuhi kebutuhan bahan baku dari logam atau stainless ini, ia membeli nya dari Bandung, Jakarta maupun dari tempat- tempat penampungan barang- barang bekas juga dari bubukan besi. Harga barang- barang dari logam atau stainless inipun bervariasi dari mulai Rpm7500,- seperti rantai untuk dompet sampai Rp 25.000,-. Konsumen dari semua produk ini, tidak hanya dari kalangan biker saja melainkan juga para artis terutama mereka yang nyentrik seperti para rocker. “Alhamdulillah usaha ini semakin berkembang, bahkan ada seorang pengusaha warga Singapura yang bermaksud mengimpor barang-barang produk kami.”ujarnya. Masalah pemasran produk ini, disebutkannya, untuk sekarang ini lebih dikosentarasikan ke lokal saja ( dalam negeri). “Soalnya terbentur pada modal, untuk mengembangkan sayap ke luar negeri itu”. Saat ini, agar memudahkan para konsumen jika hendak membeli produknya, Kenken membuka stand di Rumah Matahari Jl.Cikapundung, Bandung yang diberi nama Quark Studio yang artinya lengkingan kegagahan burung Rajawali.

0 Response to "TATO, tak LAGI LAMBANG KRIMINAL"

Post a Comment

wdcfawqafwef