Tato, Tindik, dan Body Painting
Tak Cuma Monopoli Bang Napi
Makin membludaknya jumlah orang yang gemar menggambari Tubuh dengan Tattoo, tindik bahkan body painting menciptakan peluang bisnis Pembukaan studio. Asalkan punya kemampuan dan pengalaman, Peluang bisnisnya masih menggangga lebar.
Yacob Yahya, Nur Agus Susanto, Harris Hadinata
Segerombolan anak ABG (anak baru gede) tampak tergesa keluar dari studio tattoo di kawasan kelapa Gading. Sayup terdengar celoteh ramai mereka. ‘Waktu nkena tindik, sakitnya gila bener!” ujar seorang gadis berkaos tang top berwarna pink. “Tapi hasilnya keren, Bo,” lanjutnya sambil memeletkan lidahnya. Alamak! Sejurus kemudian tampak lidah gadis berambut keriting tiwul itu berhiaskan sebuah anting mungil yang tampak berkilat.
Ini baru secuil cerita. Menurut Icon, artis yang membuka studio di Black Jack Tattoo di kelapa Gading, makin banyak orang yang kini rajin menyambangi studionya. Tak hanya menambah cantolan anting di kuping atau lidah saja tapi juga merembet ke bagian-bagian tertentu dalam tubuh. “Bisa di udel, di alis, hidung sampai di ujung putting. Pokoknya ada saja, deh,” ujar Icon sambil tertawa. Tak itu saja. Studio Icon juga kerap menerima order pelanggan untuk menato bagian tubuhnya dengan symbol atau gambar-gambar tertentu.”Semuanya tergantung kemauan pelanggan. Kita sih ikut saja,”lanjut pria bernama asli Rusdi ini. Di studionya, Rusdi biasanya melayani tujuh sampai sepuluh orang perhari.”Kalau weekend biasanya lebih. Bisa sampai belasan,”ujarnya bangga.
Rusdi tak sendiri. Athong Raharjo, pentattoo Indonesia yamg sempat berpraktek di Amerika, juga bilang kalau penggemar seni tattoo belakangan ini terus meningkat. Selain karena tren, banyak orang kini mulai menyukai tattoo sebagai bagian dari seni. “Mentattoo kini bukan lagi sebagai symbol kejahatan atau hanya berlaku untuk Bang NApi. Tapi sebuah kesenian, sebuah kebudayaan seperti yang dilakukan oleh orang Mentawai dan Dayak,”bebernya panjang lebar.
Pasarnya terus membesar
Ya, banyak orang kini menggemari tattoo dan tindik. Meski tattoo merupakan guratan permanent yang tak bisa disetip, penggemarnya terus bertambah. Belakangan, bahkan tren ini juga berkembang menjadi body painting yang juga ikut merajalela. Sebut sajalah nama-nama beken di dunia hiburan luar negeri dan dalam negeri. Dari Davis Beckham, Shaquille O’neal, Tora Sudiro, Becky Tumewu, Putri Felicia, Karenina, Kiki Fatmala sampai bintang Lux terbaru Luna Maya. Mereka tercatat sebagai artis yang gemar menttatoo dan menindik bagian tertentu di tubuh moleknya.
Mau daftar lebih panjang lagi? Masih banyak stoknya, deh. Pemain klub sepak bola Arema Franco Hitta pasti dengan bangga memamerkan tattoo Singo Edan, symbol klub kebanggaan Arek Malang itu, yang lekat di lengan kanannya. Pun dengan bintang sinetron muda Ratu Felisha. Dengan senang, ia akan memamerkan sebuah anting kecil yang bertengger di ujung pusarnya. Padahal ketika pertama kali menyematkan anating, ia mengaku lumayan kesakitan.”Begitu melihat hasilnya, puas. Soalnya jadi lucu banget,”ujar dia.
Membuminya seni tattoo, tindik, hingga body painting sesungguhnya membuka peluang bisnis yang tak bisa dianggap sepele. Tak percaya? Cobalah Anda menyempatkan diri menengok pusat-pusat perbelanjaan atau tempat nongkrong anak-anak muda atawa ABG. Hampir pasti, di tempat mangkal tersebut berdiri sebuah studio melayani body piercing, mulai dari tattoo, tindik sampai rajah .
Umumnya, studio-studio itu melayani tattoo permanent maupun temporer. Selain itu, mereka biasanya juga melayani tindik, rajah hingga body painting pada bagian tertentu di tubuh pelanggan. “Studio seperti Black Jack dan lainnya biasanya memang menawarkan fasilitas lengkap, dari tattoo samapai menggambari tubuh,”tutur Icon.
Menurut Icon, untuk membikin studio seperti miliknya sejatinya tak membutuhkan biaya terlalu mahal. Asalkan tahu pasar, kebanyakan orang bisa membukanya. Jamaknya bisnis, bilang Athong. Lokasi yang tepat juga merupakan syarat utama dalam bisnis ini. “Begitu ketemu lokasi yang cocok akan mengalir lancer,”ujar Athong yakin.
Boleh jadi lantaran alas an itu, Athong bahkan sempat berpindah dua kali hingga menemukan tempat yang cocok yakni di kawasan Gejayan, dekat dengan Universitas Gajah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta. “Sebelumnya kami membuka studio di kawasan wisata Borobudur, tapi sepi,”ujar Agung Wiratmo, rekanan Athong dalam bisnis studio Eternity Tattoo Parlor.
Contoh saja pengalaman bisnis Icon. Awalnya Icon membuka studio Black Jack Tattoo di kawasan Menteng. Lantaran melihat peluang yang lebih besar di tempat lain, Icon kemudian memindahkan lokasi bisnisnya ke Kelapa Gading. “Meski lokasi penting, kalau sudah terkenal, mau buka studio dimana saja juga bakal dicari, kok,” ujar Icon yang menghabiskan Rp 25 juta per tahun untuk biaya sewa studio.
Setelah mantap mendapatkan pasar dan lokasi, syarat penting lainnya adalah keahlian. Menurut Icon, seorang petato profesional umumnya harus punya kemampuan untuk menggambar. Soalnya, tato maupun body painting lekat dengan urusan menggambar. “Bedanya cuma media saja. Tato itu mengguratkan tinta dibalik kulit,” ujar Athong. Lantaran alasan itu pula, ujar Icon, profesi ini butuh tenaga-tenaga professional dan berpengalaman.”Soalnya kalau terlalu dalam menyakitkan tapi terlalu tipis hasil juga jelak,”imbuh Icon.
Ada tambahan tulus dari kursus dan acara-acara besar
Penasaran dengan hasil fulusnya? Cobalah hitung duit-duit yang mengalir ke pengusaha-pengusaha studio ini. Icon misalnya. Untuk sekali mengguratkan tinta sekitar 5 cm sampai 10 cm dibagian bawah kulit tubuh langganannya, Icon mengantongi duit Rp. 100.000. Sementara duet Athong dan Agung hanya berani mematok tariff setengah saja. “Lokasi saya di Yogya. Pasarnya memang egitu,”ujar Agung. Bahkan untuk tattoo temporer yang dalam hitungan satu bulan hilang, Agung yang minimal melayani pelanggan sampai tujuh orang perhari ini hanya mematok tariff Rp. 20.000.
Pun engan Yusepthia, pemilik lima studio Kent Studio di Jakarta, Bandung, Surabaya, Palembang, dan Medan. Untuk merajah kulit pelanggannya dengan gambar khusus hingga 10 cm, mantap desain grafis Harian Pikiran Rakyat ini mematok tariff Rp. 175.000.
Ini baru fulus dari menggurat tinta di kulit. Seperti yang sudah disebut diatas, mereka umumnya juga melayani tindik (piercing) hingga body painting. Meski tak sebanyak tattoo, bisnis ini ternyata juga mengalirkan rejeki yang lumayan oke juga.” Ujar Icon. Untuk sekali tindik dan sebuah anting mungil, Icon mematok Rp. 250.000; sementara Yusepthia atau biasa disapa Kent-kent menjual antingnya antara Rp. 125.000 – Rp. 350.000. “ Kalau plus ongkos pasang, pelanggan harus tambah Rp. 80.000 perlubang,” ujarnya berpromosi.
Lalu bagaimana dengan body painting? Menurut Icon, rejeki dari sini biasanya mengalir lancer ketika ada acara di kafe, diskotik, pesta, hingga fashion show. Selain banyak orang yang ingin di gambar bagian tertentu di tubuhnya pelanggan biasanya juga bersedia membayar mahal.”Minimal Rp. 350.000 perorang,”ujarnya. Order juga semakin tak tertangani jika menjelang pergantian tahun. “Kalau sendirian sampai enggak ketanganan,” ujar Icon.
Menurut Kent-kent, omzet juga mengalir deras jika studio membuka kursus. Pria yang mengenal tattoo sejak SMA ini mengalaminya. Menawarkan kursus tattoo samapai body painting selama empat bulan, Kent-kent mendapat tambahan Rp. 4 juta perkurikulum. Selain mengajarkan teknik pelemasan, pembuatan garis, dan medical treatment, Kent-kent juga mengajarkan murid-muridnya untuk berpraktek. “Ini penting untuk mengasah jam terbang pentattoo,”ujar Kent-kent.
Hasilnya? Lebih dari 30 muridnya kini telah membuka usaha studio tattoo, tindik hingga body painting di berbagai tempat.
0 Response to "Tattoo, tindik dan Body painting"
Post a Comment