Latest Reviews

Magic Ink Edisi 51 - Kent Tattoo






Inspirator? Betapa tidak, Kent menjadi sosok ‘guru’ atau
bisa juga dibilang telah memberikan serombongan seniman
tato berkualitas di skena tato Indonesia, sebut saja Alink
Kootaishi, Angga ‘Booth’, Ali Bastardos, Suban Tattoo, Ade
Itameda dan masih sederet nama lain yang pastinya sudah
dikenal luas

Kent-Tattoo



Di tahun 2015 ini, pasti bohong
kalau gak pernah mendengar
nama Kent Tattoo yang bisa
dibilang melegenda di skena
tato tanah air kita ini. Yusepthia
Soewardy, atau yang akrab
disapa Kent sering sekali diliput
media nasional, baik media cetak
maupun elektronik; bagi kamu-
kamu lebih sukAa baca Magic Ink
daripada nonton tivi, Magic Ink
akan  menghadirkan sang inspirator itu di halaman ini.


Tapi siapa yang menyangka kalau Kent di masa mudanya
ya sama aja seperti kita-kita, mencari pengakuan dari
teman-teman sebayanya. Hal ini yang kemudian membawa
Kent ke dunia tato yang dianggap menjadi simbol kekuatan
dan kekuasaan. Di tahun 1987, Kent bersama teman-teman
SMAnya mulai ditato oleh Kang Ayi (Bikers Brotherhood,
-red), lalu dengan modal mesin tato buatan sendiri dan
pengetahuan yang sekadarnya tanpa sumber, Kent
terus bereksperimen dan berulang kali gagal, tapi tidak
menghentikan usahanya untuk belajar lebih serius. Di
tahun 1990 Kent meneruskan kuliah di jurusan seni rupa
dan desain grafis, kemudian mulai memantapkan portfolio
tatonya dengan meningkatkan bentuk gambar, tata letak,
dan harmonisasi desain di studio tatonya,  “dan disitu pula
menemukan arti hidup atau asam garam, ternyata tidak
segampang apa yg aku kira untuk usaha tato,” ujar Kent.
Di masa ketika era Petrus (Penembakan misterius) baru
saja usai tahun 1987-1988, tentunya sulit sekali menghadapi
stigma tato dari masyarakat karena masih dianggap


bentuk premanisme.  Kent dan teman-temannya ketika itu
‘bergerilya’ dengan melakukan pendekatan secara emosional
ke pemerintah/masyarakat, kampanye lewat media cetak/
elektronik, dan tentunya yang paling efektif adalah dengan
menorehkan karya lewat tato ke figur publik seperti para
selebritis sehingga mereka juga membantu memberi
pengertian bahwa tato adalah seni dan hanya mereka (para
selebritis dan orang penting) inilah yang bisa atau mau
didengar oleh beragam kalangan.
Selain Kent, di saat itu (awal tahun 90an) ada juga Kang Ayi
tato (Bikers Brotherhood), Kang Uci (dosen seni rupa, Bikers
Brotherhood), Nunus (Bikers Brotherhood), alm. Ciang Bih
dan alm. Aceng yang juga mendalami seni tato.  Kang Ayi
dan Kang Uci yang menekankan bahwa hubungan manusia
dan Tuhannya harus seimbang (begitu pula dalam tato dan
adab manusia harus seimbang), menjadi sosok panutan Kent
dalam dunia tato.
Seiring waktu, Kent merangkul teman-teman yang ingin
belajar tato sambil menanamkan tanggung jawab, disiplin
dan penuh aturan dalam bekerja. Sekolah tato Kent yang 
kurikulumnya resmi dibuka tahun 2009, bertujuan salah
satunya untuk membuka lahan kerja baru, “karena terjadinya
kriminalitas itu ya tergantung dari kebutuhan sosial-
ekonominya. Nah kan mendingan belajar tato, daripada jadi
garong,” candanya. Tentu ada syaratnya kalau mau jadi
siswa di sekolah tato Kent, calon siswa akan melalui tahap
wawancara personal yang mendetail, dari keharusan untuk
sepakat dengan aturan yang berlaku hingga komitmen
bahwa tato adalah pekerjaan profesional  yang menuntut
tanggung jawab dan disiplin tinggi dan bukan sekedar hobi.
Hubungan Kent dengan para siswanya tentu tidak berhenti
di kelas saja, tapi juga sebagai teman-teman atau sahabat
yang berjalan beriringan, Kent juga turut gembira ketika
para sahabatnya juga menjadi profesional dan mendapat
pengakuan dari masyarakat dan kerap bertukar cerita
tentang wawasan seputar tato. “Alhamdulilah, juga bukan
karna aku melainkan dengan kegigihan dan keseriusan
mereka untuk terus belajar dan belajar mereka jadi bisa
menjadi sesuatu yg positif dengan karyanya juga.. berkat izin
dan rido-Nya mereka bisa mendapatkan apa yang mereka
cita-citakan.





Kent jugalah yang membuat event tato pertama di Indonesia
yang bertajuk National Art Tattoo Festival di tahun 2004
di Bandung. Di masa ketika bahkan fesbuk masih jadi
eksperimen, tentunya sulit untuk menghubungi rekan-rekan
yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekali lagi dengan
semangatnya untuk menyatukan skena tato yang mulai
ramai dan demi rasa persaudaraan, Kent mengorganisir
event tato ini dengan sukses, yang kemudian jadi inspirasi
kamu (atau kamu? Atau Magic Ink juga?) untuk membuat
event tato dengan semangat yang serupa. “Acaranya ramai,
rasanya terharu lihat teman-teman yang waktu itu datang
dari jauh boro-boro pada mampu beli tiket pesawat..ada
yang naik angkot, naik truk, demi datang ke acara.. Rasa
persaudaraannya terasa banget,” kenang Kent.
Sesuai dengan motto hidupnya, ‘selalu berkarya berkarya
berkarya dalam ranah zona nyaman, aman dan penuh adab,’
Kent tidak membatasi media berkaryanya hanya pada tato,
tapi juga merambah ke bidang clothing dan Kents’ Art yang
baru saja diresmikannya bulan April 2015 silam. Kents’ Art
adalah sebuah wadah baru untuk para seniman akademis
dan non akademis yang bergelut dalam seni suara, seni
gerak, bentuk dan gambar.  Membuka lahan kerja baru
dengan inovasi-inovasi baru dalam dunia seni adalah
salah satu cita-cita pribadi Kent, dan ia juga berharap agar
komunitas-komunitas tato yang ada sekarang untuk selalu
bergandengan tangan dan bersatu dalam berkarya yang
positif dan beradab. Pesannya, “ayo kita berjuang untuk
membuktikan bahwa tato bukanlah kriminalitas ataupun
sesuatu yg dianggap negatif  tapi tato adalah karya seni

0 Response to "Magic Ink Edisi 51 - Kent Tattoo "

Post a Comment

wdcfawqafwef